Tuesday, February 26, 2019

Mengadu Pada Masa Lalu


Bahkan tiada hening yang dapat kuartikan padam,
seolah semua menyala seperti aku yang selalu mendekatimu.
kedatanganku mungkin agak terlambat 
menyapa singkat pekat masa lalumu,
tapi kemauanku menjadi bagian dari rindu adalah pilihan terbaik yang aku punya.

sadar atau tidak, kau telah membuatku bingung tapi mengerti akan hadirnya ketidaksopanan cinta yang membuatmu merana. 
kau terhenti namun tetap berjalan
pada denting jalan yang tak kau tahu ada jurang.

Aku ingin sekali menyelamatkanmu,
namun anggota tubuhku selalu meragukan kesiapanku.
salah satunya adalah hati. ia hanya bertekad pada sesuatu yang membuatnya melekat.
menyapu bersih kenangan yang pernah ada, 
menyatukan luka yang waktu lalu pecah berkeping-keping.

Bagaimana bisa aku bisa menyelamatkanmu
sementara rindu hanya sesuatu yang selalu kau anggap palsu.
kau sudah tak lagi mengenal cinta dan ketulusan,
begitupun aku, kita sama-sama terjebak dalam sangkar,
seperti bunga yang tumbuh namun tak mekar.

Kita dijebak masa lalu yang sulit dibenahi dalam persepsi,
yang adalah bentuk sempurna yang semakin membuat orang mudah mencaci. dalam peka aku melihat tatapan dan tangismu saat itu.
kau tak bisa menahan bagaimana perihnya dipermainkan,
begitupun aku, yang pernah lewati masa itu.

kita adalah sepenggal cerita.
kita adalah kau yang merana tapi bahagia
dan aku tanpa kesiapan yang nyata.





















Share:

Monday, February 25, 2019

Risalah lugu & ambigu

Tak pernah tahu pasti sebab keberadaanmu disini.
semenjak rindu adalah hal yang biasa bagiku 
lalu kau datang mengubahnya menjadi candu. 
aku bercerita pada senja yang tak pernah bermaksud meningggalkan petang, karena ia tahu besok atau lusa masih akan tetap datang. 

Kau berat melangkah ke depan
karena kau tahu jalan itu tak persis layaknya yang kau inginkan. 
betatapun kau ingin menoleh kebelakang namun tetap saja, masih ambigu dan lugu. 

Cantikmu tak sekedar hanya untuk 
meluapkan hiruk pikuk diam tercengang,
tapi juga pada letak sudut pandang 
yang masih saja sama dengan yang kau dustakan. 
aku tak tahu harus memposisikan diri sejauh ini. 
jiwaku seolah tersesat, pikiran tak kasat,
dan hati tak menerima hasrat, 
ia bimbang membuka peluang, 
ia ragu mengatakan titik yang berbeda
seperti percikan api yang dipaksakan menyala. 

Aku ingin kau mengerti dalam mencari risalah dan arti.
Sel yang mengaliri otakmu begitu sayu 
yang hanya ingin memvonis sesuatu 
tanpa lebih jauh mencerca pada neraca.
kau begitu lugu mencari cara terbaik, 
bahkan tak tanggung-tanggung, 
ke khawatiranmu sungguh tak tertaklukkan.

Aku sungguh tersesat, kau membuat langkahku melambat.
telaahmu bukannya menemukan sesuatu yang kusebut solusi 
tapi bahkan anggukanmu menunjukkan harapan itu begitu tak bisa terlenyapkan. 

Ingin Pergi dari semua yang membosankan ini.
pergi dari hal konyol yang kenyataannya hanya konyol.
bukan sebuah keindahan jika tidak pergi dari ini.

Tapi jangan sekali-kali kau berkata busuk pada pikiranku.
ini adalah bentuk yang paling sempurna yang ku punya. 
jika kau berkenan, 
maka izinkan cabuti akar yang tajam tak berguna itu.






























Share:

Friday, February 22, 2019

Sunday, February 17, 2019

Sajak : Akhirnya, cerita tetaplah cerita - Destilasi Alkena

"Malam itu" memang tak satupun senyap rinduku berfungsi, ia hanya ingin terus menikmati sela-sela sekaratnya cinta yang akan mati namun tetap dirindui, wajahnya rapuh menatap basi, tak bisa kujelaskan bagaimana ia berkeskpresi. Aku yang ingin menatap diriku sendiri dan berkata, "ah sudahlah saat seperti inilah kau harus bangkit dari ketidak sengajaanmu menghampiri rindu yang seharusnya tidak kau temui, rasa syukurmu lah yang terpenting, bahwa semua hal buruk bisa saja terjadi", tapi faktanya aku merasakan sendiri itu memang kurang mempan untuk kondisi hati yang seperti ini.
ah itulah, aku memang sudah bermain dengan api, maka ada kalanya tak terbakar tanpa sadar di sisi yang ku benci. 


ini juga memang tak harus ku tangisi, 
aku hanya tertarik dengan ini :


"Pernah bahagia kita merekah indah tanpa sedikitpun rasa gelisah.
Saat lantunan rindu adalah alasan setiap pertemuan.
Saat mencintaimu bukan hanya sekedar lamunan.
Aku tak pernah menyesal akan keputusanmu memilihnya.
Yang aku sesalkan, tiada setitikpun kesempatan bagiku
untuk membuatmu bahagia.
Kesalahanku, menjadikanmu alasan segala rindu.
Waktupun mengurai tetesan hujan menjadi bulir-bulir kenangan.
Ia menelusuk tanpa permisi menuju nurani. 
Bukan perih yang aku ratapi, tapi pengertian yang tak pernah kau beri. 
Sadarlah, aku telah mencintaimu dengan terengah-engah.
Mencibir oksigen dengan menjadikanmu satu-satunya udara
yg boleh mengisi setiap rongga.
Menghempas darah dengan namamu yang mengalir
membuat jantungku tetap berirama.
Padamu aku jatuh hati.
Kesalahanku, tak pernah mencintai selain kamu.
Tingkat sepi paling mengerikan adalah sepi dalam keramaian.
Bagaimana mungkin aku menjauh jika hanya padamu keangkuhanku meluluh?
Bagaimana mungkin aku pergi jika bayanganmu masih saja menghiasi mimpi?
Bagaimana mungkin aku berpindah jika hanya padamu hatiku bersinggah?
Kesalahanku, isi doaku tak pernah selain namamu.
Cinta tak selamanya tentang kepimilikan.
Tapi cinta adalah tentang keikhlasan.
Terimakasih untuk segala rasa.
Kesalahanku adalah tak pernah merasa, bahwa untukku kau tak pernah punya cinta."








- "Destilasi Alkena"

   Wira Nagara.


Share:

Thursday, February 14, 2019

Perempuan yang sedang kesepian

Aku menatapmu begitu dalam bukan karena
aku melihatmu dengan pejam,
aku merasakan sindiran halus disana, 
dan seolah berkata 
"Mengapa aku memikirkanmu"
seraya menatapku dengan kelam dihujat habis-habisan.
aku sungguh tak paham dengan sentuhan kenangan pahit yang kau utarakan.
aku tak ingin terjebak diantara cinta
yang membuatmu menolak hadir dengan ucapan bijak

Kau tak tahu arah tujuan sampai akhinya tersesat denganku 
yang tanpa sengaja kau pertaruhkan
segala cara, agar tahu betapa rindu sungguh menyiksa dengan gurauan pahit yang tak berimbang.
aku tak tahu harus membawamu kemana. 
wahai hati yang tak tahu arah mata dan muara rindu, 
yang sebenarnya seolah tak ada habisnya aku melihat ada yang lain menetap disana.

kau lucu membuat langkah. 
seolah ada cara lain yang telah kau telaah dengan senyuman 
pahit yang palsu. 
kau seperti pura-pura menyelam bersamaku hingga basahmu hanyalah ambigu yang ku anggap keliru. 
kau sepertinya sulit menatap awan bersamaku,
aku tak bisa menjamin ini akan terus bertahan.




*Dhksajak.








Share:

Thursday, February 7, 2019

Fatamorgana Transisi Ruang Rindu

Sesak itu ketika yang kau rindukan tak kunjung mengerti bahwa 
kau tak punya batas dalam merindui. Berlebihan?, tidak. 
Ini tentang rasa yang memang anugrah yang ada, memberikan arti dan semangat hidup, jika rindu selalu ada.

"Raihan Song"

Rindu akan kedamaian 
"rindu akan ketenangan, 
Rindukan kesejahteraan 
Dan juga kebahagiaan."

Teringat jelas bagaimana lirik ini memgusik ruang tengah didadaku, dagingnya berdetak ingin mengatakan dalam gebu "aku rindu".

Namun kau sangat ambigu menelaah sesuatu kau seperti melarangku untuk merindu, entah apakah aku berada dijalan yang salah atau benar kau pun engga memberikan keterangan. kau sepertinya tidak begitu mahir dalam berkompromi terhadap sesuatu yang luas secara penegertian dan singkat secara  pas-pasan. aku tidak ingin disebut sebagai sesuatu yang terus menyalahkanmu, hanya kaulah yang mampu membatasi dirimu untuk masuk kedalam ranah yang menurutku seharusnya kau tidak perlu untuk terlalu ekstrim mengartikan sesuatu yang kusebut sebagai rindu.

tidakkah kau merasa rancu wahai penjelma rindu?
kau telah merusak jalan yang kutanam pelan-pelan.
Seakan menyesali kehadiranmu yang tidak pernah aku bayangkan.
Aku seperti tersesat di ruangan yang hampa tanpa tepi
karena menyeru rindu hanya untuk sekedar basa-basi.

Oh senja, mengapa kau begitu menguap tak berasap,
mengapa kau merayuku untuk masuk dengan cara meneyelinap?
kau sungguh tidak bertanggung jawab, 
menyuruhku tidur sendirian diantara rasa penat.
egoismu tak selamanya akan berjalan baik, yakinah ada rindu yang lain akan membawaku pergi jauh dari rasa khawatir ini.

aku pernah sangat patah hati, sampai jantungku tak mengerti untuk berdetak dalam rintik tak beraturan. jiwanya goyah diterjang angin beliung namun kuat menahan beban agar bisa disebut "Aku Beruntung". 






Share:

Tuesday, February 5, 2019

Sajak : Sinis Tak Terlukis

Kau merindui dengan wajar.
Kau tahu selesai namun belum berakhir.
Katakan padaku apa yang pikiranmu sedang arahkan.
Aku ingin terlibat dalam ikatan itu,
seperti rasa yang pernah tertawarkan namun tertawan.

Aku memang perindu yang lucu atau mungkin lugu.
Pantulanmu selalu menjadi alasan malamku tak berujung.
Indah, namun menyiksa. Kau tinggalkan waktu dan tanggal secara pasti,
yang jika ku ingat-ingat renungku berubah hal gila yang semakin kucaci.
Kau pantun yang tak beruntun, kau puisi yang tak jernih mengelabui hati,
kau palsu, aku hilang.

Sadar betapa pelik rindu yang saling berbenturan, 
ketika pilihan enggan memberi jalan pulang.
perasaan itu kadang semakin menggebu menusuk diqalbu,
sementara jiwa jarang mengakui tentang arti sebuah luka.

jauh sebelum rindu mengetuk 
aku sudah menyiapkan rintih rasa yang tertusuk,
menjeda cerita untuk mengatasi rambu-rambu tajam 
untuk sekedar tahu bahwa keadaan semakin kelam.

tidak menangisi rindu itu 
tidak pula menyesali,
keadan memang menguji nyali 
saat titik batas terlampaui.

bukan mencela jiwa yang hatinya terlambat menelaah
tapi sadar bahwa setiap sinis yang tak terlukis 
ada anugrah penuh hikmah
ada cinta yang tak bekesudahan...
ia adalah  indahnya rasa syukur.







Share:

Friday, February 1, 2019

Histori : Salah Mengartikan Rasa

Kadang kita lupa bagaimana seharusnya tahu 
seperti apa perasaan-perasaan yang datang, 
perasaan yang kita sebut itu cinta. 

Dalam setiap proses kadang kita merasa 
tidak sabar dan ingin memperdekat jarak 
secara paksa, 
sehingga hal yang semestinya tidak dilakukan menjadi 
kewajaran yang ditelan begitu saja.

Ada yang lain dari cara kita memperlakukan orang lain, 
maksudnya ada yang harus dirubah ternyata, 
ketika ada orang yang mungkin menyukai kita secara diam-diam, 
ada pula perasaan yang belum kita ketahui.

apakah itu benar rasa suka atau hanya 
sekedar hasrat membabi buta. 
karena jika pada akhirnya itu memang benar rasa suka, 
maka akan aman-aman saja padangan Positifnya. 

Seolah diri terjebak dan terjepit oleh maraknya realita.
mencerna cerita yang hanya dijadikan pelampiasan
yang tak sedikitpun bermakna.

Aura yang kita sangka keluar dengan lembut menjadi 
alat ukur yang tak mampu kita bendung karena
ombak sejarah yang semakin surut.

jiwa-jiwa yang tak tenang kembali hadir 
dalam raut wajah yang tak menyenangkan
seolah histori dari semua ini hanyalah
 perjuangan sebenarnya yang tak satupun
menjelma menjadi titik temu sebuah tujuan.













Share:

Sajak : Sesal Mendadak

Terluka sangat dalam membuat seseorang berubah, 
entah itu berubah secara drastis atau tidak itu urusan belakangan. 
yang saat ini akan terpampang adalah adanya sebuah rasa 
yang sudah tumbuh sempurna dengan keadaan yang 
mendukung untuk menjalani hal bersama. 

berawal dari pandangan yang tidak ingin kusebut bagaimana ceritanya, 
karena kalupun itu indah percuma untuk sebuah kisah.
Ketetapan tetaplah ketetapan, 
awal semula seperti menyajikan tapi semu berantakan 
menjadi suram mencengangkan. 

Memang salah, terbawa suasana tanpa mengulas risalah. 
mencari titik diantara banyaknya kata-kata yang penuh tanpa spasi, 
mengulur waktu mengukur rindu, itu ambisi yang 
disadari adalah rasa yang ternyata dibunuh paksa. 

aku yang membunuhnya sindiri, aku yang mengatasi sendiri.
Jadi aku ingin cerita saja sebenarnya, 
tentang waktu yang memberi kita ruang untuk jatuh dan bangkit,
mengenai waktu yang menyadarkan rasa sakit.





















Share:

Popular Posts

Tentang

"Nalar dan imajinasi yang dipengaruhi oleh kata-kata akan lebih menusuk jantung dari pada berdiam diri menatap luka. bahagia bila terlukiskan lewat alunan pena, jernih mengintip diksi yang bersembunyi dibalik meja. Dhksajak.blog hadir menemui titik tumpu mengajak luka menjadi canda, diam menjadi terbuka" Dhksajak hanya seorang yang biasa mengarahkan kata-kata dijalur yang mungkin agak berbeda. karena kita memang terlahir tak sama, namun pikiran kita bisa menyatu dengan cengkraman nyata dan seksama.