Showing posts with label sajak rindu. Show all posts
Showing posts with label sajak rindu. Show all posts

Thursday, June 18, 2020

Kusebut (Engkau) Cinta


"Kusebut (Engkau) Cinta"
Karya : Awalludin Ishak Dewa


"Rangkaian malam membisu...
Ratap angin melancong sepi
aliran cinta lalui lembah
pasak kecanduan belah duka 

kita tidur di terotoar kebebasan
suara nyaring tong sampah
di erserak-serak kegelisahan
lampui gaduh pemalsu hening 

lalu diseret angin pada risau penejelaja cinta.
Hingga pagi tetap mengayuh ke dermaga rindu,
menyeruak dalam kisah hampir punah, 

Kusebut Engkau Cinta. Belukar kepalaku melemah, 
lalu kita berlayar di genangan duka,
dalam golombang pekat tak mungkin untuk goyah
dalam nafas gelisah kusambut kisah indah..."




Share:

Tuesday, December 10, 2019

“RINDU BERGEMURUH”


Tak tahu pasti kapan ia hadir terkahir kali. Wajah anggun itu terbayang dalam benak, tak mampu menghitung berapa kali ingatan terjebak diantara rindu yang terus saja ingin tak beranjak.

Bukan hal aneh jika ia kubiarkan saja mempengaruhi kepala
untuk terus berimajinasi seperti layangan yang merasa selalu terbang. Aku bahkan senang jika ia berterus terang untuk selalu bertemu tanpa harus menyatakan diri sebagai tamu. 

Rindu, kau bagaikan sayup lentur tubuh
yang sedang menari, mataku menatap tiada henti.
Gemulai wajah tampak asing namun seolah sering berjumpa
Ah rindu, kau membuatku malu atau bahkan
aku sudah tak sudi melirik perasaan yang lain.

Tampaknya aku telah lama jatuh hati 
pada selembar rindu yang membantu hati berdetak.
Rindu, kau menghidupkan angan masa depan,
denganmu, aku ingin menjadi setitik tunggu
yang tak lapuk di hujan tak lekang di panas.

Jika kali ini juga kau tak kunjung ingin menetap,
lalu rindu mana lagi yang bisa kuajak mendekat?.
jika titipan rindu ini juga kau tak bisa pegang erat,
maka perasaan mana lagi yang harus kurangkai untuk kuikat?.

Kau satu-satunya rasa yang yang bisa kucerna
dari kemuakanku menanam benih cinta yang ujung-ujung 
tersambar dari rasa sabar.
Kau anugrah yang tak pernah terencana, 
kau bisu yang mampu membuatku menyapa.
karena ia tidak untuk dipaksa. karena yakin,
Rindu adalah teori tertinggi dari cinta.















Share:

Wednesday, December 4, 2019

DENGANMU, KITA TUA BERSAMA

Pagi selalu punya cerita.
dengan lekukan rasa yang terus saja tak pernah bosan
menghentikan lega karena rindu yang mulai menerka.

Hela nafas yang tak ingin dikhianati muncul pelan-pelan.
ia hanya ingin sejalan dengan kepastian.

jika saja terus singgah pada hati yang berpotensi membuat kecewa
maka penyesalan bukan lagi yang asing.

terjalin atau tidak terjalin,
kita sama-sama tahu bentuk mana yang akan kita sentuh
untuk dijadikan akhir dari sebuah pencarian.

harapanku, bahkan mungkin harapan kita adalah itu.

Sungguh aku ingin menatap hari tua bersamamu.
ketika pagi adalah hal yang bukan sekedar soal berakhirnya malam
namun juga soal aku yang selalu menatapmu pertama kali tiap pagi.

ketika itu kau buatkan kopi, lalu aromanya sampai ketempat tidurku,
bayangkan saja, aku mulai berkhayal bak iklan tv.

ah sudahlah.

aku ingin dirimu menjadi bagian terakhir dari semua cerita yang pernah hancur berkeping-keping.



                                   
                               
                                           Minggu, 17 November 2019

                                           - dkds
Share:

Wednesday, October 23, 2019

Hilang


Kita seakan tabu menatap dalam-dalam arti rindu, 
namun seolah senang menjamu datangnya cemburu. 
tidak begitu jelas saat ini. 
Ada yang begitu gigihnya mencari ketenangan 
hancur pelan-pelan karena dangkalnya kolam 
yang ingin kurenangi di kepalamu.
batas ambigu begitu dekat denganku. 
Ia mulai menyapa halus tanpa memandang bahwa aku meragu. 
Ia memberikan nasehat yang khidmat,
menerangkan bahwa semua akan baik-baik saja. 


Tetap saja

Kau adalah bentuk dari ketidaksadaranku dalam memilih.
Aku salah dalam menerjemah, lelah dalam tingkah,
tak mampu melapal jejak yang selama ini kau injak. 

Wajah kusut itu mulai meraba tiap tikungan,
tak peduli seberapa jauh jalan ditempuh,
seberapa banyak pasrah yang tumbuh,
aku hanya ingin memulai seperti seharusnya. 

Selalu saja

Ada cerita yang berputar di meja diskusi. 
menelanjangi kabut-kabut tebal yang harusnya tak terlihat
menjadi hamburan tajam yang hampir saja menusuk tepat di jantung. 

Hampir.

Aku melihatnya tanpa rasa khawatir. 
karena itu memang indah sekali. 














Share:

Tuesday, July 23, 2019

Waktu Mengusirku


Tak habis pikir akan secepat ini meninggalkan 
langkah yang sedari dulu ku nanti-nanti.
terjebak oleh bingkai dalam tangkai, 
menjamu angan yang tak ingin singgah karena hati yang terus lihai menelantarkan sejarah. 

Kembali pulang begitu hal yang entah mengapa 
kuanggap sesuatu yang menyeramkan,
emosi meningkat tajam, lentur tubuh kembali melepuh pada bagian cerita yang terbayangkan akan rapuh. 

Aku seolah menolak untuk kembali, 
menghela napas panjang karena langkah yang terus terang mengajakku menerawangg jalan pulang, 
walaupun sebenarnya itu adalah sebuah tujuan.
kembali menata dari awal itu rasanya sangat disayangkan. 
Tapi satu sisi jika tetap kupertahanakan jalan ini maka seperti tak ada  harapan untukku hidup dalam angan yang terencana dengan matang, melainkan hanya terus bergerak pada tempat yang sama sekali tak berpindah.

Terlalu takut untuk memulai, 
karena hamburan persepsi dalam menanggapi 
begitu liar tanpa kendali. 
tak bisa dipungkiri ketika hilangnya esensi 
maka berubah juga pola pikir dalam tensi 
yang selama ini menjadi mimpi.

Namun ternyata tak selamanya yang diinginkan 
akan selalu tercapai, 
waktu yang cukup membuatku bersabar 
ini kian tak henti-hentinya melatih respon berambah,
pada sentuhan dan denting nalar 
yang mengajakku keluar dari zona nyaman. 

Ya anggap saja aku di zona itu sekarang. 
keterikatan waktu mengubah narasi selalu menuju ruang temu yang di sapa oleh rasa malu.
Enggan merasa langkah dibaca oleh keadaan, takut sumringah tak lagi bertutur bijak dan memelukku dengan erat.

Tak ada yang lain yang nyata saat ini selain rasa takutku. 
takut ketika alunan hujan tak lagi merayuku dalam sepi,
bahkan bayangankupun akan jauh ketika semua tak berarti.

Perjuangan yang selama ini dilakukan 
terasa sangat tak berguna oleh terpaan berbagai penolakan. 
begitu tajam lekukan jalan, begitu santai dan lunglai pencapaian mengajakku berteman, hingga kadang aku terlalu lelah untuk merayu dan menawarkan seribu usaha. 

Aku lelah dan ingin pasrah, tapi ada Angurah yang tetap bisa ku pegang teguh. 
rasa syukur itu mampu membuat jiwaku berteduh, pada sehelai daun yang selama ini menghalangi hujan membasahi mata. 

Akan ada waktunya bagi mereka yang terus berusaha.

dengan lambaian kosa kata yang membuat hati malu jika tidak bergerak, dan merengek seperti mau mati, 
maka dengarkan semangat dari mereka yang mampu memperbaiki diri.

"Kau menangis layaknya perempuan,
tapi kau tak pernah berjuang layaknya laki-laki".













                                                                                                            Jember, 29. Mei April 2019

                                          -Isya Andika                                                      










Share:

Wednesday, May 1, 2019

Bangun dari mimpi indah

Tidak mengerti lagi dengan apa yang akan kulalui.
langkah yang kian rapuh tak sanggup mentatahku untuk berdiri.
Merasa harmoni akan hilang, jauh terbuang dari segala kemungkinan.
Sementara keinginan jauh lebih memperjuangkan sesuatu yang dekat
tapi terasa sangat bersahabat dengan jarak.

Waktu membuatku merasa bingung dan tak mengerti.
Melihat kondisi yang tak terkendali oleh luapan dari kanan kiri.
Beribu pertanyaan kekahwatiran itu muncul,
menyerbu kepala yang ringan,
sampai akhirnya berat tak tertahankan.
Aku tak mengatakan ini beban,
hanya saja rasanya diri seolah
tak ingin terlalu tergesa-gesa mencerna yang berat,
karena masih dikelilingi oleh keinginan yang ringan.

Ternyata, selama ini aku terus saja bermimpi.
mengenai rindu yang tak pernah sampai,
tentang keinginan yang selalu saja
tertunda.

Aku kalah oleh waktu,
namun tetap mengejar ketertinggalan.


Tapi, parah.

Aku telah benar-benar tertinggal,
hanya bertahan yang selalu kujadikan modal.


Do'aku.

Selalu tabah menghadapi waktu,
agar langkah setia menemani tertatihnya kaki,
agar kesempatan untuk berani meraih yang berat
mampu kukukuhkan dan melekat pada tangan
yang memang bisa menggenggam erat.


























Share:

Sunday, February 17, 2019

Sajak : Akhirnya, cerita tetaplah cerita - Destilasi Alkena

"Malam itu" memang tak satupun senyap rinduku berfungsi, ia hanya ingin terus menikmati sela-sela sekaratnya cinta yang akan mati namun tetap dirindui, wajahnya rapuh menatap basi, tak bisa kujelaskan bagaimana ia berkeskpresi. Aku yang ingin menatap diriku sendiri dan berkata, "ah sudahlah saat seperti inilah kau harus bangkit dari ketidak sengajaanmu menghampiri rindu yang seharusnya tidak kau temui, rasa syukurmu lah yang terpenting, bahwa semua hal buruk bisa saja terjadi", tapi faktanya aku merasakan sendiri itu memang kurang mempan untuk kondisi hati yang seperti ini.
ah itulah, aku memang sudah bermain dengan api, maka ada kalanya tak terbakar tanpa sadar di sisi yang ku benci. 


ini juga memang tak harus ku tangisi, 
aku hanya tertarik dengan ini :


"Pernah bahagia kita merekah indah tanpa sedikitpun rasa gelisah.
Saat lantunan rindu adalah alasan setiap pertemuan.
Saat mencintaimu bukan hanya sekedar lamunan.
Aku tak pernah menyesal akan keputusanmu memilihnya.
Yang aku sesalkan, tiada setitikpun kesempatan bagiku
untuk membuatmu bahagia.
Kesalahanku, menjadikanmu alasan segala rindu.
Waktupun mengurai tetesan hujan menjadi bulir-bulir kenangan.
Ia menelusuk tanpa permisi menuju nurani. 
Bukan perih yang aku ratapi, tapi pengertian yang tak pernah kau beri. 
Sadarlah, aku telah mencintaimu dengan terengah-engah.
Mencibir oksigen dengan menjadikanmu satu-satunya udara
yg boleh mengisi setiap rongga.
Menghempas darah dengan namamu yang mengalir
membuat jantungku tetap berirama.
Padamu aku jatuh hati.
Kesalahanku, tak pernah mencintai selain kamu.
Tingkat sepi paling mengerikan adalah sepi dalam keramaian.
Bagaimana mungkin aku menjauh jika hanya padamu keangkuhanku meluluh?
Bagaimana mungkin aku pergi jika bayanganmu masih saja menghiasi mimpi?
Bagaimana mungkin aku berpindah jika hanya padamu hatiku bersinggah?
Kesalahanku, isi doaku tak pernah selain namamu.
Cinta tak selamanya tentang kepimilikan.
Tapi cinta adalah tentang keikhlasan.
Terimakasih untuk segala rasa.
Kesalahanku adalah tak pernah merasa, bahwa untukku kau tak pernah punya cinta."








- "Destilasi Alkena"

   Wira Nagara.


Share:

Popular Posts

Tentang

"Nalar dan imajinasi yang dipengaruhi oleh kata-kata akan lebih menusuk jantung dari pada berdiam diri menatap luka. bahagia bila terlukiskan lewat alunan pena, jernih mengintip diksi yang bersembunyi dibalik meja. Dhksajak.blog hadir menemui titik tumpu mengajak luka menjadi canda, diam menjadi terbuka" Dhksajak hanya seorang yang biasa mengarahkan kata-kata dijalur yang mungkin agak berbeda. karena kita memang terlahir tak sama, namun pikiran kita bisa menyatu dengan cengkraman nyata dan seksama.