Sunday, July 19, 2020

Penghianat

Teman, kau belum layak dijadikan sahabat.
Teman, kau menagih caci pada muka yang kusut ini.
Teman, kau tak pernah menganggapku teman,
Sedangkan engkau sudah seperti bait-bait lagu yang siap menuju nada tinggi, keraguan hilang.

Kau begitu lihai menilai langkah,
Hingga kau lupa siapa diantara kita yang beramarah.
Teman, kau ternyata bukan teman.

Parah, aku terluka parah,
Kau cabik-cabik kegelisahanku
pada tikungan yang kau buat sendiri,
terjatuh.

Panas, panas sekali mataku,
Menahan agar tak begitu tinggi nada bicaraku.
Sementara kau leluasa menambah garam
di akhir-akhir tegukan kopi manisku.
Kejam.

Aku mengira kita berada dalam lingkar kejujuran yang sama,
dan keterbukaan yang leluasa.
tapi kembali, kau begitu empuk memupuk ucapan 
yang berakhir dengan kebohongan nyata.

Ada kesombongan di matamu, sinis tak menentu.

Share:

Popular Posts

Tentang

"Nalar dan imajinasi yang dipengaruhi oleh kata-kata akan lebih menusuk jantung dari pada berdiam diri menatap luka. bahagia bila terlukiskan lewat alunan pena, jernih mengintip diksi yang bersembunyi dibalik meja. Dhksajak.blog hadir menemui titik tumpu mengajak luka menjadi canda, diam menjadi terbuka" Dhksajak hanya seorang yang biasa mengarahkan kata-kata dijalur yang mungkin agak berbeda. karena kita memang terlahir tak sama, namun pikiran kita bisa menyatu dengan cengkraman nyata dan seksama.