hingga
rasa-rasanya aku seperti menemukan bahasa baru
dari kata
bahagia.
cukup melepuh kau
menyentuh ubun-ubun rindu,
sampai aku seolah
tak tak habis pikir akan mengubah salah menjadi benar.
ya. aku
benar-benar menatap senyum itu.
senyum yang tak
ada habisnya memporak-porandakan hawa nafsu.
namun tidak
denganku. tidak ingin terjebak untuk kesekian kali
pada senyum-senyum
yang kubawa pahit dalam rasa ambigu dalam cerita.
bahwa ternyata
lagi, kau hanya bermain dengan hal palsu yang ada di wajah itu.
berulang kali
ketetapan hati berubah delapan puluh derajat berbelok ke arah kiri
namun kini secuil
sanggah yang membantu meringankan sayup senyum
yang ku anggap
sebuah serangan,
menjadi tak lagi
bisa memasuki ruang yang kuartikan "rasa suka".
telah lama aku
melihatmu.
maka sudahlah, aku
telah meninggalkanmu.
0 komentar:
Post a Comment