Aku
mulai menyukai wangi indahmu yang semakin jelas dalam ingatanku.
kau hadir membawa pesona yang entah dari mana
serta merta kuartikan
sebagai hak yang tak boleh di ganggu akan
kebenaran rindu yang terpancar.
kebenaran rindu yang terpancar.
mungkin aku yang berlebihan mengartikan rasa
hingga terpaksa memaksa rindu keluar dari ubun-ubun yang kau sebut malapetaka.
Aku ingin punya hak dalam merindui,
aku ingin kau mengerti bahwa di dunia ini tidak ada yang pasti.
Kau terlalu naif untuk berkata tidak,
namun inginmu mengelabui ruang kecil di hatiku sangat besar.
aku bukan menuduh, tapi itu terlihat dari sudut pandang matamu
dalam melirik sensi yang ku intip.
Maaf jika aku berlebihan, dan memang mungkin selalu berlebihan.
kau paras yang terlalu ku paksakan masuk ke dalam hati hingga
akupun lupa kau punya di lain janji.
akupun lupa kau punya di lain janji.
Sisi lain, auramu tak kasat membuat pasrah
dalam ceritaku mengalir tanpa bisa dihentikan.
tentang mengapa rindu begitu lihai masuk menyelinap itu,
akupun tak tahu.
Kita sama-sama belajar memahami kondisi yang agak rumit
namun kau sederhanakan.
sementara aku, ya sakit, sedikit.
Aku tidak ingin berserah pada cerita ini.
tidak ingin terulang kembali pada cerita masa lalu yang tak henti
membuatku berpikir selain bayangan kehancuran.
Kau ingat kan waktu itu?, bagaimana rasa itu begitu
mempermainkan bola salju dihadapanku.
ya, persis pasti kau sangat tahu.
Saat ini aku menjadi sangat ingin mencintaimu dengan sepenuh hati,
tapi sayang, kau buka hanya telah hancur berkeping-keping,
bahkan tak pernah ku duga kau telah hilang dari peredaran
peremuan-perempuan impian.
Ku bulatkan tekadku untuk menghindari aura itu.
jikapun masih ingin meihatmu,
maka aku bisa dengan segera mengubah titik hela.
maka aku bisa dengan segera mengubah titik hela.
Harapan terbesarku adalah kau bahagia, nantinya.
jangan sesekali ulangi cerita buruk itu lagi.
kau tahu kan bagaimana rasanya jika terus saja seperti yang tak di
inginkan banyak orang?,
jelas sangat membebani.
jelas sangat membebani.
(Lalu tiba-tiba aku merasa jijik sekarang, mengapa aku menguraikan ini. )
terima kasih, sayang.
maaf ini "sayang" untuk ucapan terakhir saja.
Terima kasih telah mengisi ruang hampa rasa saat itu.
dimana aku tidak melibatkan diri soal rasa yang mudah luntur
bagiku.
0 komentar:
Post a Comment