Friday, November 12, 2021

Suara Sekarat

Aku mulai terbiasa dengan segala bentuk terburuk dari keadaan,
hanya saja seperti belum siap menemani kekecewaan.
sadar akan semua berakhir dengan masing-masing beban
keterikatan menyajikan senja dipelupuk mata.

Begitu banyak terlihat ratap yang mengendap
hingga kadang oceh tak selalu sadar akan sabar.
suara-suara itu bergemuruh menghina telinga.
mengukur berat tanpa neraca.

Aku menyingkir untuk berpikir,
sampai kapan mental terpental menjalari nasip.
Sementara angkuh kian mengelilingi setiap sendi,
bagaimana aku akan bertahan.

sayup-sayup jengkel tak pernah terlambat hadir,
di sekitar teras gaduhnya emosi yang enggan untuk menyamping.
hina demi hina diterima,
aku hanya sebatas luka yang sembuh lalu di ukir menjadi lukisan sekarat.

Sirna....



- Isya Andika



Share:

1 comment:

Popular Posts

Tentang

"Nalar dan imajinasi yang dipengaruhi oleh kata-kata akan lebih menusuk jantung dari pada berdiam diri menatap luka. bahagia bila terlukiskan lewat alunan pena, jernih mengintip diksi yang bersembunyi dibalik meja. Dhksajak.blog hadir menemui titik tumpu mengajak luka menjadi canda, diam menjadi terbuka" Dhksajak hanya seorang yang biasa mengarahkan kata-kata dijalur yang mungkin agak berbeda. karena kita memang terlahir tak sama, namun pikiran kita bisa menyatu dengan cengkraman nyata dan seksama.