Thursday, January 31, 2019

Histori : Menelan luka, menginjak duri.

Dedi adalah orang yang mungkin mudah emosi dan sekaligus mudah memaafkan. emosi itu kadang muncul sangat mendadak ketika ada kata-kata yang semestinya dengan penuh sadar dedi mengerti itu hanyalah sebatas gurauan namun sisi lain aku dapat fahami keadaan.

Ini bukan tentang dendam. ini adalah masalah psikologis yang sangat mengganggu dari segi penglihatan terhadap seseorang.
emosi yang sudah terpendam sangat lama itu tetap saja tidak mau hilang walaupun sudah 5 tahun lebih terlewati.

Dedi yang pernah ditipu mentah-mentah oleh seseorang yang cukup cerdas dan ia kagumi sebelumnya dan sesudah ditipu pastinya sudah tidak. orang yang jenius secara formal namun bodoh mengelolah akal dan perasaan. ia adalah seorang dosen di sebuah kampus swasta di jawa timur.

Badannya yang gemuk dan otaknya yang cukup berpikir random dan majemuk. soal motivasi mungkin ialah rajanya. kata-katanya yang halus tapi menusuk adalah ciri khas dari mulut yang penuh kepalsuan itu. kata-katanya membakar bagi mereka yang belum begitu mengenal sosoknya. bertutur lembut, lemah gemulai namun licik dan terangkai.

Konsep hidupnya begitu rapi. " mencoba itu nilainya 1 dan tidak mencoba nilainya 0, maka yang lebih baik di antara keduanya adalah yang nilainya 1, yaitu mencoba". ini adalah contoh kata-kata yang sempurna sekali. bisa membangkitkan semangat orang. tapi bagiku aku punya defenisi sendiri dalam mengartikan kata-kata itu. " Lebih baik terus mencoba untuk menipu dengan meng iming-imingi dedi untuk menabung padanya selama 1 tahun dengan jumlah 200 ribu perbulan, itu jumlahnya 2 juta 400 ribu rupiah, sampai pada akhirnya nanti dia akan mengembalikan uang kepada dedi sejumlah 4 juta rupiah. ia menyebutnya ini investasi atas bantuan yang ia berikan pada dedi karena kehilangan laptop toshiba kesayangannya saat itu, lalu si dosen itu datang menawarkan bantuan dengan memberi solusi menabung tersebut".  dan itulah defenisi setiap kata-kata bijaknya selama itu.

Masalahnya dedi memang ditipu. kesepakatan menabung itu ternyata hanya omong kosong yang sangat besar. ia hanya mengebalikan uang tabungan dedi yang memang setahun jumlahnya 2 juta 400 ribu rupiah itu.

yang dedi sesalkan adalah, betapa semangatnya dedi menabung kala itu. kadang-kadang pada waktu akan menabung padanya dedi hanya diam dan membisu ketika si dosen itu langsung memakai uang itu untuk keperluanya, seperti gula misalnya.

Sepanjang tahun itu ketika akan menabung selalu saja seperti itu, karena memang dedi tidak peduli juga yang terpenting di akhirnya nanti uang itu akan kembali dengan jumlah yang telah disepakati.

dan kenyatan sakitnya adalah tidak sesuai dengan kesepakatan. bodohnya, dedi hanya bisa diam saja ketika si jenius itu berkata, "nanti lebihnya akan kuberikan ketika aku punya uang".

sampai saat ini uang itu tidak pernah diberikan.

Memang penipu kelas kakap.

Niatnya mungkin baik, membantu dedi. tapi mengapa terkesan seperti memanfaatkan keadaan dedi saat itu. dedi yang kehilangan laptop, dan hampir prustasi, dan tidak ingin melanjutkan kuliah yang baru dia tempuh 3 semseter itu. dan kemudian si jenius itu datang sebagai penyelamat sekaligus penipu kelas kakap.

rasa benci itu terus saja terpendam dalam benak dedi.
dan berpikir, bagaimana bisa seorang yang jenius dan dedi kagumi dulu itu begitu terasa sangat licik.

Pandangan dedi pun mulai melihat bahwa dedi merasa, ia sudah buta dengan segala perbuatan baik yang si jenius lakukan.

Buta terhadap segala motivasi yang pernah si jenius berikan. hingga rasa-rasanya lebih baik orang gila saja yang berbicara pada dedi dari pada si jenius penipu ini.

ya begitulah dedi sekarang,
benci seakan kadang-kadang memuncak, sepuncak-puncaknya ketika melihat wujudnya.

benci, benar-benar benci.

Meskipun sudah beberpa kali berbicara seperti biasa, namun dalam benak yang paling dalam tetap saja ingin menghindari percakapan itu, bahkan seakan membenci bayanganganya.

itulah yang kusebut
Cacatnya pandangan melihat orang yang dibenci.


Share:

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts

Tentang

"Nalar dan imajinasi yang dipengaruhi oleh kata-kata akan lebih menusuk jantung dari pada berdiam diri menatap luka. bahagia bila terlukiskan lewat alunan pena, jernih mengintip diksi yang bersembunyi dibalik meja. Dhksajak.blog hadir menemui titik tumpu mengajak luka menjadi canda, diam menjadi terbuka" Dhksajak hanya seorang yang biasa mengarahkan kata-kata dijalur yang mungkin agak berbeda. karena kita memang terlahir tak sama, namun pikiran kita bisa menyatu dengan cengkraman nyata dan seksama.