namun
seolah senang menjamu datangnya cemburu.
tidak
begitu jelas saat ini.
Ada yang begitu gigihnya mencari ketenangan
hancur
pelan-pelan karena dangkalnya kolam
yang
ingin kurenangi di kepalamu.
batas
ambigu begitu dekat denganku.
Ia
mulai menyapa halus tanpa memandang bahwa aku meragu.
Ia
memberikan nasehat yang khidmat,
menerangkan
bahwa semua akan baik-baik saja.
Tetap
saja
Kau
adalah bentuk dari ketidaksadaranku dalam memilih.
Aku
salah dalam menerjemah, lelah dalam tingkah,
tak
mampu melapal jejak yang selama ini kau injak.
Wajah
kusut itu mulai meraba tiap tikungan,
tak
peduli seberapa jauh jalan ditempuh,
seberapa banyak pasrah yang tumbuh,
seberapa banyak pasrah yang tumbuh,
aku
hanya ingin memulai seperti seharusnya.
Selalu
saja
Ada
cerita yang berputar di meja diskusi.
menelanjangi
kabut-kabut tebal yang harusnya tak terlihat
menjadi
hamburan tajam yang hampir saja menusuk tepat di jantung.
Hampir.
Aku
melihatnya tanpa rasa khawatir.
karena
itu memang indah sekali.